![]() |
Mas Hadi Apriliawan dengan mesin Sterilisasi karya inovasinya. Dokumen PT. Maxzersteril |
Terinspirasi dari latar belakang dari keluarga peternak sapi dan memahami banyaknya peternak sapi kurang sejahtera, Hadi
Apriliawan menciptakan inovasi baru dalam pengolahan susu. Ia membuat Sulis,
singkatan dari susu listrik, sebuah mesin pasteurisasi listrik yang efektif dan efisien serta mampu menjaga kadar gizi dan protein susu sapi lebih baik dibandingkan cara pemanasan seperti yang umum di masyarakat peternak sapi di Malang, Jawa Timur.
Susu listrik, apa ya maksudnya ? Apa susu sapi nya bisa menyeterum kah ?
Jangan khawatir, Susu listrik yang dimaksud bukan
seperti itu. Kata listrik di belakang tersebut diberikan karena proses
pengolahan susunya menggunakan teknik kejutan listrik tegangan tinggi.
Mas Hadi adalah orang yang menemukan dan mengembangkan inovasi pengolahan susu dengan listrik
tersebut. Setelah melihat sesuatu yang dilakukan Hadi, mungkin banyak orang
yang tidak menyangka bahwa Hadi masih cukup muda. Beliau kelahiran tahun 1989. Namun, pemahaman pria
lajang ibeliau tentang agrobisnis layak mendapat apresiasi tinggi.
Di sebuah rumah di Perumahan Pondok Alam Sigura-gura
B2-20, Hadi memajang beberapa contoh mesin pasteurisasi Sulis. Ada yang
setengah jadi, ada pula yang sudah jadi. Mesin pasteurisasi Sulis yang pertama
berukuran sepuluh liter dan berbentuk kubus dengan panjang sisi masing-masing
sekitar 50 sentimeter.
Mesin tersebut berongga dan berbentuk silinder di
dalam. Pada penutup lubang, ada semacam pipa-pipa besi yang disambungkan ke
aliran listrik. Pada sisi yang lain, ada keran untuk mengalirkan hasil output.
Secara sederhana, Hadi menjelaskan cara kerja mesin
itu. Pertama, susu segar dimasukkan dalam tabung. Susu segar tersebut lebih
dahulu dipanasi pada suhu 50 derajat Celcius. Proses selanjutnya berupa kejut
listrik yang diberikan pada susu. ""Pada prosesnya, dinding sel
(susu) dimasuki ion-ion hingga muncul gelembung besar yang akhirnya lisis
(pecah),"" ujarnya.
Nah, dari proses itu, bakteri-bakteri jahat yang terkandung dalam susu,
mulai salmonella hingga escherichia coli, mati. Itulah fungsi mesin Sulis.
Bakteri yang selama ini sulit dibunuh dengan cara biasa bisa hilang dengan
mesin itu.
""Memang, dengan sistem pemanasan, bakteri
akan mati. Tapi, jika susu terlalu lama dipanasi, kandungan gizinya bisa
berkurang,"" ungkapnya.
Karena bakteri sudah mati, susu yang dipanasi dengan
Sulis bisa tahan hingga enam bulan jika disimpan dalam freezer. Mesin
pasteurisasi Sulis berukuran 10 liter tersebut dihargai Rp 12 juta
Hadi juga mempunyai mesin
berkapasitas 250 liter. Ukurannya jauh lebih besar. Mesin tersebut terdiri atas
empat tabung dengan diameter 50 sentimeter dan tinggi lebih dari semeter.
""Cara kerjanya hampir sama dengan yang 10 liter. Tapi, yang besar
ini, selain berkapasitas produksi lebih besar, juga lebih komplet. Ada pemanas
dan mesin pendingin sekaligus,"" tutur pria kelahiran Banyuwangi, 21
April 1989 itu
Ide untuk membuat mesin tersebut sebenarnya sudah muncul ketika dirinya
masih duduk di bangku SMA. Dia mengungkapkan, 90 persen keluarga besar,
termasuk orang tuanya, adalah peternak. Selama ini, susu dibeli dengan harga
yang sangat murah dari peternak.
Karena itu, anak kedua Tumirin dan Sudarmi tersebut
menginginkan agar kondisi peternak membaik. Dengan Sulis, peternak bisa
mengolah sendiri produksi susu. Yakni, menjadi produk susu yang siap dikonsumsi
dan bernilai ekonomis tinggi.
Dalam fakta di lapangan, dia sering melihat teknologi
pengolahan susu peternak yang masih sangat rendah. ""Pagi diperah,
sorenya susu langsung basi,"" tegasnya.
Hadi
pun terus mencari referensi dan melakukan penelitian sejak 2007. Saat itu, dia
masih berkuliah di teknologi pertanian Universitas Brawijaya (UB). Dirinya pun
menemukan satu referensi menarik, yakni pulse electric field (PEF) atau metode
kejut listrik yang digunakan untuk membunuh bakteri pada daging.
Metode itu sudah sering diterapkan di Jepang. Dia pun penasaran, apakah
metode kejut listrik tersebut bisa diterapkan pada benda cair seperti susu?
Pria yang saat ini sedang menuntaskan studi S2-nya di
Bioteknologi UB tersebut lalu melakukan penelitian. Hasilnya, salah satu
perbedaan antara kejut listrik benda padat dan benda cair terletak pada
voltase. Voltase untuk benda cair lebih rendah. Tapi, terkait dengan besaran
voltase itu, Hadi tidak mau mengungkapkan. ""Ini rahasia
perusahaan,"" jelasnya lantas tersenyum.
Hadi menyatakan, butuh waktu 2-3 tahun untuk melakukan
riset mesin Sulis. Dana ratusan juta pun dikeluarkan demi riset tersebut. Dana
yang didapat itu berasal dari hadiah sejumlah lomba penelitian yang pernah
diikuti.
Setelah melalui berbagai
pengembangan, Hadi mulai menjual mesin Sulis sejak 2009 dan terus hingga kini makin berkembang. Berbagai kompetisi juga pernah diikuti. Salah satu even besar di awal beliau merintis usaha ini ialah lomba penghargaan pemuda inovatif yakni Satu Indonesia Awards yang diadakan PT. Astra International. Pada tahun 2015 beliaupun terpilih sebagai Pemenang kategori Teknologi. Kini perusahannya sudah makin berkembang dengan bendera PT. Maxsterilizer dan sudah berseterfikasi BSN. Itu artinya produknya sudah berstandar sehingga mudah diterima masyarakat,
Di balik layar lahirnya
teknologi "susu listrik"
Surabaya (ANTARA News) - Semula tak ada
yang percaya metode kejut listrik karya Hadi Apriliawan dapat mengawetkan susu
segar lebih lama ketimbang metode lainnya.
"Kendala awal saat penelitian kami lakukan, banyak orang yang tidak percaya. Susu bisa diawetkan lebih lama tanpa merusak nutrisinya," kata dia kepada ANTARA News di Surabaya, Selasa (27/10).
Tak cuma itu, ratusan kali kegagalan juga merudung Hadi dan rekan-rekannya di masa-masa penelitian. Alih-alih bakteri jahat terbunuh, alat yang dia hasilkan justru memperbanyak jumlah bakteri.
"Awalnya kami gagal, melalui metode kejut jumlah bakteri justru meningkat. Akhirnya kami ubah frekuensinya. Bukan waktu yang sebentar, 2,5 tahun kami riset soal rangkaian elektrik alat," tutur dia.
Berbekal motivasi membantu keluarga yang merupakan peternak dan peternak lainnya, pemuda asal Banyuwangi itu merampungkan alat pengawet susu karyanya.
"Bangkit karena orang tua. Orang tua ingin saya berhasil membantu peternak. Itu motivasi terbesar saya. Kami usahakan pengadaan alat dan penunjang semisal, Pcp, rangkaian mekanik dan elektriknya," kata Hadi.
Setelah 2,5 tahun (2011) mencari formula terbaik, pria lulusan Universitas Brawijaya, Malang itu akhirnya menunjukkan pada dunia bahwa ide cemerlangnya bahkan menjadi solusi membunuh bakteri jahat dalam susu segar tanpa mengurangi kandungan gizinya.
Metode kejut karya Hadi menggunakan teknologi pasteurisasi dengan mesin Latte Electricity (LE). Konsep kerja alat yakni memasukkan susu segar dalam tabung berbahan alumunium.
Setelah itu susu dipanaskan dengan suhu 50 derajat celcius dan dialirkan ke tabung lain. Proses berikutnya adalah memberikan kejut listrik pada susu. Di sini, ini ada semacam pipa-pipa besi yang dialiri listrik. Terakhir, susu dimasukkan ke tabung lain untuk didinginkan.
Belum lama ini, Hadi berkesempatan mempresentasikan teknlogi ciptaannya di Universitas Tokyo, di Jepang. Tak tanggung-tanggung salah satu investor negeri sakura itu bahkan tertarik bekerjasama dengannya.
"Waktu itu selain media, ada investor makanan dan minuman juga yang diundang. Mereka banyak tanya soal fungsi alat dan teknologi seperti apa yang digunakan. Mereka tertarik bekerjasama," tutur Hadi.
Kendati begitu, Hadi menolak mentah-mentah tawaran kerjasama dengan alasan tak ingin karyanya menjadi hak milik Jepang.
"Mereka menawarkan kerjasama membuat pabrik di Jepang. Saya enggak mau, nanti jadi made in Jepang," kata dia.
Kini, dia dan rekannya tengah mengembangkan mesin serupa untuk mengawetkan produk cairan lain semisal teh, sirup dan jus.
Sebelumnya, Hadi menjadi salah satu penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards-- ajang penghargaan bagi generasi muda inspiratif, bisa menjangkau para pemuda di seluruh provinsi di Indonesia, tahun 2015 lalu, untuk karya "susu listrik"-nya.
sum ber referensi :
"Kendala awal saat penelitian kami lakukan, banyak orang yang tidak percaya. Susu bisa diawetkan lebih lama tanpa merusak nutrisinya," kata dia kepada ANTARA News di Surabaya, Selasa (27/10).
Tak cuma itu, ratusan kali kegagalan juga merudung Hadi dan rekan-rekannya di masa-masa penelitian. Alih-alih bakteri jahat terbunuh, alat yang dia hasilkan justru memperbanyak jumlah bakteri.
"Awalnya kami gagal, melalui metode kejut jumlah bakteri justru meningkat. Akhirnya kami ubah frekuensinya. Bukan waktu yang sebentar, 2,5 tahun kami riset soal rangkaian elektrik alat," tutur dia.
Berbekal motivasi membantu keluarga yang merupakan peternak dan peternak lainnya, pemuda asal Banyuwangi itu merampungkan alat pengawet susu karyanya.
"Bangkit karena orang tua. Orang tua ingin saya berhasil membantu peternak. Itu motivasi terbesar saya. Kami usahakan pengadaan alat dan penunjang semisal, Pcp, rangkaian mekanik dan elektriknya," kata Hadi.
Setelah 2,5 tahun (2011) mencari formula terbaik, pria lulusan Universitas Brawijaya, Malang itu akhirnya menunjukkan pada dunia bahwa ide cemerlangnya bahkan menjadi solusi membunuh bakteri jahat dalam susu segar tanpa mengurangi kandungan gizinya.
Metode kejut karya Hadi menggunakan teknologi pasteurisasi dengan mesin Latte Electricity (LE). Konsep kerja alat yakni memasukkan susu segar dalam tabung berbahan alumunium.
Setelah itu susu dipanaskan dengan suhu 50 derajat celcius dan dialirkan ke tabung lain. Proses berikutnya adalah memberikan kejut listrik pada susu. Di sini, ini ada semacam pipa-pipa besi yang dialiri listrik. Terakhir, susu dimasukkan ke tabung lain untuk didinginkan.
Belum lama ini, Hadi berkesempatan mempresentasikan teknlogi ciptaannya di Universitas Tokyo, di Jepang. Tak tanggung-tanggung salah satu investor negeri sakura itu bahkan tertarik bekerjasama dengannya.
"Waktu itu selain media, ada investor makanan dan minuman juga yang diundang. Mereka banyak tanya soal fungsi alat dan teknologi seperti apa yang digunakan. Mereka tertarik bekerjasama," tutur Hadi.
Kendati begitu, Hadi menolak mentah-mentah tawaran kerjasama dengan alasan tak ingin karyanya menjadi hak milik Jepang.
"Mereka menawarkan kerjasama membuat pabrik di Jepang. Saya enggak mau, nanti jadi made in Jepang," kata dia.
Kini, dia dan rekannya tengah mengembangkan mesin serupa untuk mengawetkan produk cairan lain semisal teh, sirup dan jus.
Sebelumnya, Hadi menjadi salah satu penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards-- ajang penghargaan bagi generasi muda inspiratif, bisa menjangkau para pemuda di seluruh provinsi di Indonesia, tahun 2015 lalu, untuk karya "susu listrik"-nya.
sum ber referensi :
https://www.jpnn.com/news/hadi-apriliawan-penemu-mesin-pasteurisasi-susu-listrik?page=5
https://www.antaranews.com/berita/587120/di-balik-layar-lahirnya-teknologi-susu-listrik
http://maxzersteril.com/contact/
0 Response to "Pejuang ekonomi peternak sapi lewat susu listrik"
Posting Komentar