*MENGUAK RAHASIA LARISNYA BISNIS OLEH-OLEH KEKINIAN DI INSTAGRAM*
by: Coach Dewa
by: Coach Dewa
Mungkin sebagian dari Anda tahu, Saya adalah pemain baru di Instagram. Followers pun gak sebanyak akun artis-artis dan member grup Jago Jualan ini yang jumlahnya ratusan ribu. Maklum, newbie pisan. Makanya: follow dong. Ini akunnya: @DewaEkaPrayoga.
Selama main IG, Saya cukup tertarik melihat fenomena oleh-oleh dari para artis yang LARIS MANIS gak karuan...
Misalnya:
- Strudel Malang
- Jogja Scrummy
- Medan Napoleon
- Surabaya Snowcake
- Bandung Makuta
- Raincake Bogor
- Cirebon Sultana
- Makassar Baklave
- Lamington Pontianak
...dan masih banyak lagi (bakal menyusul)
Misalnya:
- Strudel Malang
- Jogja Scrummy
- Medan Napoleon
- Surabaya Snowcake
- Bandung Makuta
- Raincake Bogor
- Cirebon Sultana
- Makassar Baklave
- Lamington Pontianak
...dan masih banyak lagi (bakal menyusul)
Bayangin, gimana gak rame, tiap kali ngelihat foto-foto di outlet mereka dari instagram story dan postingannya, itu antriannya puaaanjaaaang banget. MasyaaAllah... GENDENG!
Mungkin Anda penasaran, kok bisa begitu?
Mungkin Anda penasaran, kok bisa begitu?
Baru buka langsung laris..
Ngambil nomor antrian dari Shubuh...
Setiap hari 1000-2000 orderan...
Produknya sold out out terus...
Setiap hari 1000-2000 orderan...
Produknya sold out out terus...
...dan ke-GENDENG-an lainnya
Apa sebenarnya rahasianya?
Yuk ah kita bedah secara ngawur. Karena ini hanya asal-alasan, maka tolong jangan dianggap serius. Ini hanya berdasarkan kesoktahuan Saya saja. Okey?
***
Yuk ah kita bedah secara ngawur. Karena ini hanya asal-alasan, maka tolong jangan dianggap serius. Ini hanya berdasarkan kesoktahuan Saya saja. Okey?
***
*Pertama, MENGGAET ARTIS SUPAYA LARIS.*
Banyak orang mengira bahwa mereka (para artis itu) hanya "bermain" sendirian.
Bahkan, tak jarang orang-orang di kotanya menganggap bahwa Bandung Makuta adalah milik Teh Bella, Surabaya Snowcake adalah milik Zaskia, Medan Napoleon adalah milik Irwansyah, dst.
Bahkan, tak jarang orang-orang di kotanya menganggap bahwa Bandung Makuta adalah milik Teh Bella, Surabaya Snowcake adalah milik Zaskia, Medan Napoleon adalah milik Irwansyah, dst.
Padahal, dugaan Saya (yang hampir 100% benar), ada seseorang dibalik mereka. Ini KEREN! Dan Saya salut...
Sekarang, mungkin Anda tahunya:
Malang Strudel - Teuku Wisnu
Jogja Scrummy - Dude Herlino
Medan Napoleon - Irwansyah
Surabaya Snowcake - Zaskia Sungkar
Bandung Makuta - Laudya Chinthya Bella
Raincake Bogor - Shireen Sungkar
Makassar Baklave - Irfan Hakim
Cirebon Sultana - Indra Bekti
Pontianak Lamington - Glenn Alinskie
Sekarang, mungkin Anda tahunya:
Malang Strudel - Teuku Wisnu
Jogja Scrummy - Dude Herlino
Medan Napoleon - Irwansyah
Surabaya Snowcake - Zaskia Sungkar
Bandung Makuta - Laudya Chinthya Bella
Raincake Bogor - Shireen Sungkar
Makassar Baklave - Irfan Hakim
Cirebon Sultana - Indra Bekti
Pontianak Lamington - Glenn Alinskie
Tapi sadarkah Anda bahwa resep dan bumbu rahasia dari semua oleh-oleh tersebut adalah sama.
*Pastry + Brownies + Rasa* yang banyak disuka. Gak percaya? Cobain aja makan satu per satu dari semua oleh-oleh di atas. Dijamin, semuanya enak. Hahaha
*Pastry + Brownies + Rasa* yang banyak disuka. Gak percaya? Cobain aja makan satu per satu dari semua oleh-oleh di atas. Dijamin, semuanya enak. Hahaha
Ada yang ngomel, "Ya wajarlah laris manis, kan yang jualan artis..."
Lha justru itu. Artis memang punya fans base yang banyak. Followersnya jutaan. Bejibun tenan. Tapi pertanyaannya, apakah sebelumnya Anda pernah terpikir untuk melakukan hal yang sama seperti yang mereka (pemilik bisnis oleh-oleh ini) lakukan? Enggak kan?
Kalau iya, bingung kan akses dan kerjasamanya dengan para artisnya kaya apa? Hayo, ngaku aja udah.
Jadi memang..
Jadi memang..
Menggaet artis untuk dijadikan brand ambassador atau seolah terlihat menjadi pemilik bisnis adalah strategi cerdas yang dilakukan oleh pencetus bisnis oleh-oleh ini. Kenapa?
Jelas, sekali lagi, artis memiliki fans/jamaah/followers yang jumlahnya banyak banget. Sebagai penggagas, cukup tawarkan dan share saham kosong 10-20% bareng mereka, itu worth it banget untuk set up bisnis dengan modal 3 miliar ini.
Maka jangan heran, ketika Malang Strudel booming di Malang dengan Teuku Wisnunya, maka kota-kota lainn menyusul dengan nama artis berbeda dan nama berbeda.
Bahkan, sebenarnya gak hanya mereka tersebut di atas saja yang mulai terjun di bisnis oleh-oleh daerah ini, Saya pun mulai memerhatikan artis lain sudah melakukan hal serupa, misalnya:
Ricky Harun, Bosang Makassar.
Zaskia Adya Mecca, Mamahke Jogja.
Oki Setiana Dewi & Ria Ricis, Surabaya Patata.
Chelsea Olivia, Semarang Wifecake.
Hengky Kurniawan, Lampung Banana Foster.
... dan yang lainnya curiga nyusul.
Ricky Harun, Bosang Makassar.
Zaskia Adya Mecca, Mamahke Jogja.
Oki Setiana Dewi & Ria Ricis, Surabaya Patata.
Chelsea Olivia, Semarang Wifecake.
Hengky Kurniawan, Lampung Banana Foster.
... dan yang lainnya curiga nyusul.
Itu artinya, menggaet artis memang *LEVERAGE DAHSYAT* untuk meningkatkan omset penjualan dan melariskan bisnis.
Pertanyaannya, bisakah Anda menggaet artis papan atas untuk memboomingkan bisnis Anda?
Kalau jawabannya gak bisa, siapa dan/atau apa lagi yang bisa Anda ajak kerjasama untuk melariskan bisnis Anda?
Artis IG?
Artis Facebook?
Artis Twitter? (Masih ada yang main gak sih)
Artis Komunitas?
...dan lain-lainnya
Kalau jawabannya gak bisa, siapa dan/atau apa lagi yang bisa Anda ajak kerjasama untuk melariskan bisnis Anda?
Artis IG?
Artis Facebook?
Artis Twitter? (Masih ada yang main gak sih)
Artis Komunitas?
...dan lain-lainnya
Kuncinya, mereka punya fans/followers yang banyak. Kontak aja, PDKT, dan ajak kerjasama deh...
Think!
itu PR Anda... sip.
***
Think!
itu PR Anda... sip.
***
*Kedua, MEMBANGUN KEDEKATAN MARKET DENGAN BAHASA SETEMPAT.*
Disadari atau tidak, karena ini bisnis oleh-oleh, maka otomatis seharusnya target market mereka adalah orang-orang yang pernah mengunjungi daerah tersebut untuk dibawa pulang ke kota asal. Anehnya, curiga Saya, sepertinya buyer mereka justru *malah banyakan orang-orang yang tinggal di daerah setempat.*
Kenapa?
Di Bandung misalkan, ketika suatu saat Saya mengunjungi outlet Bandung Makuta, itu tempatnya ruaaaaame banget. Udah kaya antri sembako... Assemnya, dikirain pas Saya kesana aja yang rame, eh ternyata emang tiap harinya kaya gitu. GENDENG! Padahal lagi hujan dereesss banget, dikirain gak bakal ngantri
Di Bandung misalkan, ketika suatu saat Saya mengunjungi outlet Bandung Makuta, itu tempatnya ruaaaaame banget. Udah kaya antri sembako... Assemnya, dikirain pas Saya kesana aja yang rame, eh ternyata emang tiap harinya kaya gitu. GENDENG! Padahal lagi hujan dereesss banget, dikirain gak bakal ngantri
Coba pikir pakai logika...
Mungkinkah pengunjung dari luar kota setiap hari selama 1 bulan berturut-turut datang ke Bandung ngantri sampai 1000-2000 nomor antrian dan harus ngantri dari pagi bahkan Shubuh. Bahkan, melihat fenomena tersebut, Saya menemukan faktanjustru banyak para kurir / jasa titip yang akhirnya sengaja antri dari pagi untuk membeli Makuta dan dijual lagi ke para pembeli. Gilanya, nomor antrian aja ada yang jual. GENDENG! Ada bisnis dalam bisnis.
Mungkinkah pengunjung dari luar kota setiap hari selama 1 bulan berturut-turut datang ke Bandung ngantri sampai 1000-2000 nomor antrian dan harus ngantri dari pagi bahkan Shubuh. Bahkan, melihat fenomena tersebut, Saya menemukan faktanjustru banyak para kurir / jasa titip yang akhirnya sengaja antri dari pagi untuk membeli Makuta dan dijual lagi ke para pembeli. Gilanya, nomor antrian aja ada yang jual. GENDENG! Ada bisnis dalam bisnis.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa *target market mereka selain pendatang juga orang-orang yang tinggal di kota setempat.*
Maka jangan heran, hampir semua bisnis oleh-oleh ini memiliki sapaan, hestek, tagline, dan konten yang gue banget sesuai dengan bahasa daerah setempat.
Misalnya:
Bandung Makuta - Ini Teh Ngangenin
Makassar Baklave - Te'nena Makassar
Lamington Pontianak - Oleh-olehnye Pontianak
Cirebon Sultana - Langsung Gawe Demen
...dan masih banyak lagi
Misalnya:
Bandung Makuta - Ini Teh Ngangenin
Makassar Baklave - Te'nena Makassar
Lamington Pontianak - Oleh-olehnye Pontianak
Cirebon Sultana - Langsung Gawe Demen
...dan masih banyak lagi
Dalam ilmu NLP dan Komunikasi, hal tersebut tentu akan membangun kedekatan dengan para followers.
Seperti halnya kalau kita ngobrol dengan calon customer kita dengan menanyakan kota asal dan tempat tinggal, misalnya:
"Mba aslinya orang Bandung?"
"Oh ngga, Saya dari Malang..."
"Oalah... Malang. Piye kabare mba? Teman Saya ada juga yang tinggal di Malang"
"Oh ya, di sebelah mana Malangnya?"
(Bingung dia jawabnya karena teman yang dimaksud adalah teman Facebook )
Seperti halnya kalau kita ngobrol dengan calon customer kita dengan menanyakan kota asal dan tempat tinggal, misalnya:
"Mba aslinya orang Bandung?"
"Oh ngga, Saya dari Malang..."
"Oalah... Malang. Piye kabare mba? Teman Saya ada juga yang tinggal di Malang"
"Oh ya, di sebelah mana Malangnya?"
(Bingung dia jawabnya karena teman yang dimaksud adalah teman Facebook )
Intinya, ketika ada sesuatu yang sama, itu akan semakin bonding emosionalnya. Entah itu kota asal, bahasa setempat, sesuatu yang disuka, dan masih banyak lagi.
Pertanyaannya, kalau bisnis oleh-oleh ini membangun kedekatannya dengan tagline, hestek, dan sapaan bahasa setempat, lantas hal baru apa yang persisnya ingin Anda lakukan untuk membangun kedekatan dengan followers atau market Anda?
Silakan pikirkan ya.
***
Silakan pikirkan ya.
***
*Ketiga, BRAND IDENTITY WARNA YANG KHAS.*
Coba deh perhatikan:
Malang Strudel - Hijau
Jogja Scrummy - Orange
Medan Napoleon - Coklat
Bandung Makuta - Pastel Pink
Bogor Raincake - Begie
Surabaya Snowcake - Hitam
Cirebon Sultana - Biru Muda
Makassar Baklave - Merah
Lamington Pontianak - Kuning
Malang Strudel - Hijau
Jogja Scrummy - Orange
Medan Napoleon - Coklat
Bandung Makuta - Pastel Pink
Bogor Raincake - Begie
Surabaya Snowcake - Hitam
Cirebon Sultana - Biru Muda
Makassar Baklave - Merah
Lamington Pontianak - Kuning
Setiap merk dari mereka memiliki brand identity warna yang berbeda satu sama lain dan khas. Ini penting, kenapa? Supaya orang-orang mudah dalam mengingat brand mereka.
Hal tersebut dapat Anda lihat di setiap postingannya di Instagram yang didominasi warna identitas brandnya.
Ini persis yang dilakukan oleh Saya di semua buku yang pernah Saya tulis, misalnya:
7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula - Hitam
Tembus Omset 100 Juta Modal Blackberry - Merah
Dijamin Penghasilan 10 Juta Per Bulan - Biru
30 Hari Jago Jualan - Kuning
Dongkrak Omset Miliaran dengan Tim Penjualan - Orange
Easy Copywriting - Hijau
Gara-Gara Facebook - Putih
Ini persis yang dilakukan oleh Saya di semua buku yang pernah Saya tulis, misalnya:
7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula - Hitam
Tembus Omset 100 Juta Modal Blackberry - Merah
Dijamin Penghasilan 10 Juta Per Bulan - Biru
30 Hari Jago Jualan - Kuning
Dongkrak Omset Miliaran dengan Tim Penjualan - Orange
Easy Copywriting - Hijau
Gara-Gara Facebook - Putih
Tidak menutup kemungkinan, buku-buku Saya berikutnya warnanya: coklat, pink, ungu, abu-abu, dst. Hehe
Banyak yang gak sadar akan pemilihan warna tersebut, padahal semuanya Saya rencanakan dengan matang, bukan tanpa alasan. Dipikirkan baik-baik.
Banyak yang gak sadar akan pemilihan warna tersebut, padahal semuanya Saya rencanakan dengan matang, bukan tanpa alasan. Dipikirkan baik-baik.
Persis seperti pemilihan warna identitas di bisnis oleh-oleh di atas. Dan pastinya brand-brand perusahaan besar pun begitu, Telkomsel dan Indosat misalnya, keduanya memiliki warna yang khas dan konsisten.
Pertanyaannya, apakah Anda selama ini memikirkan hal ini secara detail? Coba cek postingannya, warnanya berkonsep atau asal-asalan?
Pertanyaannya, apakah Anda selama ini memikirkan hal ini secara detail? Coba cek postingannya, warnanya berkonsep atau asal-asalan?
Yuk ah mulai konsep ulang...
Sampai disini, bisa kita SIMPULKAN:
*1 kota. 1 nama. 1 warna. 1 artis. 1 resep.*
Kebayang? Sip.
***
Sampai disini, bisa kita SIMPULKAN:
*1 kota. 1 nama. 1 warna. 1 artis. 1 resep.*
Kebayang? Sip.
***
*Keempat, MEMBANGUN ENGAGEMENT DENGAN FOLLOWERS.*
Selain menggunakan bahasa dan sapaan bahasa daerah setempat, mereka pun (bisnis oleh-oleh ini) piawai dalam membangun engagement dengan para followersnya.
Selain menggunakan bahasa dan sapaan bahasa daerah setempat, mereka pun (bisnis oleh-oleh ini) piawai dalam membangun engagement dengan para followersnya.
Apa itu engagement?
Simpelnya: interaksi.
Misalnya nyuruh followersnya LIKE, KOMEN, REPOST, MENTION, dan TAG di Instagram.
Simpelnya: interaksi.
Misalnya nyuruh followersnya LIKE, KOMEN, REPOST, MENTION, dan TAG di Instagram.
Apa taktik yang mereka lakukan?
1. Ngadain Giveaway
2. Ngasih Tebak-tebakan (tebak kata, gambar, lagu, skor, dll)
3. Challenge Photo Contest
Tentu ini taktik promosi yang POWERFUL!
1. Ngadain Giveaway
2. Ngasih Tebak-tebakan (tebak kata, gambar, lagu, skor, dll)
3. Challenge Photo Contest
Tentu ini taktik promosi yang POWERFUL!
Ngadain Giveaway misalnya. Dimana mereka bakal ngasih sesuatu secara cuma-cuma alias GRATIS hanya bermodalkan produk yang cost produksinya gak seberapa, tapi efeknya luar biasa! Misalnya:
- membangun engagement
- dikesankan baik
- menimbulkan hukum reciprocity (timbal balik)
- nambah followers (karena nyuruh mention dan/atau tag temannya)
- membangun engagement
- dikesankan baik
- menimbulkan hukum reciprocity (timbal balik)
- nambah followers (karena nyuruh mention dan/atau tag temannya)
Saya pribadi kemarin nyobain iseng ngasih buku Dijamin Penghasilan 10 Juta Per Bulan ke Followers Saya dimana goalnya "itu" (rahasia dapur dibongkar) hasilnya beneran LUAR BIASA!
Bayangin, yang komen 1000 lebih dan followers naik 1000+ orang dalam 3 hari untuk akun baru Saya di IG yang usernamenya @KoleksiBukuDewa.
Modal Saya, cuma 3 buku. Harga jual emang Rp 365.000 (Cek aja di webnya http://billionairestore.co.id), tapi HPP nya gak lebih dari Rp 30.000. Keluar 3 buku, berarti Rp 90.000. Worth it! Budget 90 ribu, dapat 1000 followers baru di 3 akun. Kalau ngiklan IG Ads aja belum tentu dapat segitu. Hehe
Kebayang kan?
Belum lagi ngadain Challenge Photo Contest. Pastinya ini powerful banget. Anda gak harus capek-capek ngedatangin orang untuk foto-foto produk Anda. Kenapa? Karena mereka nanti yang foto. Persis seperti pas foto kontes selfie buku Saya kemarin. Kan Saya dapat 500 foto lebih. Hehe... Great Idea! Thanks ya...
Belum lagi ngadain Challenge Photo Contest. Pastinya ini powerful banget. Anda gak harus capek-capek ngedatangin orang untuk foto-foto produk Anda. Kenapa? Karena mereka nanti yang foto. Persis seperti pas foto kontes selfie buku Saya kemarin. Kan Saya dapat 500 foto lebih. Hehe... Great Idea! Thanks ya...
Gak hanya itu, yang terpenting adalah ketika mereka mempost fotonya di akun Instagram mereka, dimana teman2nya/followers2nya akan ikutan lihat. Imbasnya, kan nanti temannya itu kepoin akun bisnis oleh-olehnya. Kebayang alurnya?
Sip.
Sip.
Pertanyaannya, apa tepatnya yang sudah Anda lakukan untuk membangun engagement dengan followers Anda? Apa persisnya yang akan Anda lakukan kedepannya untuk menaikkan engagement dengan followers/market Anda?
Silakan pikirkan... itu PR Anda lagi.
***
Silakan pikirkan... itu PR Anda lagi.
***
*Kelima, INFO SOLD OUT YANG BERULANG.*
Banyak orang yang menganggap sepele hal ini, tapi bisnis oleh-oleh ini sangat cerdas dalam membahasakan kelarisan dan memancing obrolan publik.
Maksudnya?
Jika Anda perhatikan, beberapa akun mereka sangatlah terpola, dimana setiap kali produknya habis, mereka akan langsung menginfokan *"MAAF, SOLD OUT!"* ke para followersnya.
Ini persis yang dilakukan Maicih dulu pas lagi booming2nya. Kata "Sold Out" mengesankan bahwa produknya laris manis. Dan ini membulkan efek 3 hal:
- social proof
- rasa penasaran
- "kayanya enak"
- social proof
- rasa penasaran
- "kayanya enak"
Pernah lihat foto Vanilla Hijab yang sekali open order bisa habis 3000 pcs?
Ah, jangan jauh-jauh deh, sering lihat tim Saya di Billionaire Store kalau ngirim buku bisa nyampe 10.000 eks?
Itu pun tujuannya sama: menimbulkan social proof, memancing rasa penasaran, dan terkesan bagus.
Ah, jangan jauh-jauh deh, sering lihat tim Saya di Billionaire Store kalau ngirim buku bisa nyampe 10.000 eks?
Itu pun tujuannya sama: menimbulkan social proof, memancing rasa penasaran, dan terkesan bagus.
Ingat, marketing adalah *soal persepsi.* Semakin Anda jago memainkan persepsi market, semakin laris produk yang Anda jual. InsyaAllah... catatan: jangan bohong. Kalau laris segitu, ya ngomong segitu.
Balik lagi bicara soal oleh-oleh...
Kemarin ada yang bilang ke Saya gini, "Kang, Saya mah curiga mereka emang buat produknya dikit. Jadi tiap hari Sold Out..."
Jawaban Saya, "Wallahu'alam". Kalaupun benar, ya itu bagian dari strategi mereka. Agar apa? Supaya yang gak kebagian besoknya balik lagi datang ke outletnya dan outletnya rame lagi. Tapi lagi2, Wallahu'alam.
Kemarin ada yang bilang ke Saya gini, "Kang, Saya mah curiga mereka emang buat produknya dikit. Jadi tiap hari Sold Out..."
Jawaban Saya, "Wallahu'alam". Kalaupun benar, ya itu bagian dari strategi mereka. Agar apa? Supaya yang gak kebagian besoknya balik lagi datang ke outletnya dan outletnya rame lagi. Tapi lagi2, Wallahu'alam.
Pertanyaannya, sudahkah Anda mempersikan ke market bahwa produk Anda benar-benar bagus dan layak mereka beli? Bagaimana Anda tahu bahwa cara tersebut benar-benar efektif meningkatkan penjualan?
Silakan pikirkan... PR lagi. *| status teh banyak PR nya. Hahaha
***
Silakan pikirkan... PR lagi. *| status teh banyak PR nya. Hahaha
***
*Keenam, PRE-LAUNCH OUTLET YANG KEREN.*
Saya memerhatikan pola mereka buka sejak pertama kali buka outlet sampai benar-benar laris. Dan benar, sesuai dengan materi yang pernah Saya sampaikan di Webinar Launching Langsung Laris. Persis!
Kawan-kawan yang sudah join MahirCopywriting.com, silakan tonton ulang webinarnya di member area. Catat insightnya.
Apa yang mereka lakukan?
*1. Melakukan Meet & Greet Artis.* Bayangin, siapa yang gak mau datang, apalagi kalau ngefans banget. Ini magnet. Otomatis outletnya langsung rame dan pengunjungnya membludak.
*2. Saling promote lintas outlet.* Misalkan, Malang Strudel ke Jogja Scrummy, Medan Napoleon ke Cirebon Sultana, Surabaya Snowcake ke Bogor Raincake, dst.
*3. Ngupload foto-foto produk yang ngilerin sejak jauh-jauh hari.* Pokoknya, kalau ngelihat produknya, kok tiba-tiba nafsu pengen nyoba.
*4. Coutdown timer hitung mundur H-3, H-2, H-1 sampai launching.* Ini adalah mentrigger persiapan. Ini penting kalau kata Jeff Walker.
*5. Upload foto keseruan grand opening.* Lagi-lagi, ini memancing social proof. Bisa aja kan gak diupload, tapi dengan diupload, justru akan membuat followers makin kepo.
*****
Apa yang mereka lakukan?
*1. Melakukan Meet & Greet Artis.* Bayangin, siapa yang gak mau datang, apalagi kalau ngefans banget. Ini magnet. Otomatis outletnya langsung rame dan pengunjungnya membludak.
*2. Saling promote lintas outlet.* Misalkan, Malang Strudel ke Jogja Scrummy, Medan Napoleon ke Cirebon Sultana, Surabaya Snowcake ke Bogor Raincake, dst.
*3. Ngupload foto-foto produk yang ngilerin sejak jauh-jauh hari.* Pokoknya, kalau ngelihat produknya, kok tiba-tiba nafsu pengen nyoba.
*4. Coutdown timer hitung mundur H-3, H-2, H-1 sampai launching.* Ini adalah mentrigger persiapan. Ini penting kalau kata Jeff Walker.
*5. Upload foto keseruan grand opening.* Lagi-lagi, ini memancing social proof. Bisa aja kan gak diupload, tapi dengan diupload, justru akan membuat followers makin kepo.
*****
Demikian 6 pelajaran yang bisa kita ambil dari larisnya bisnis oleh-oleh kekinian di Instagram...
Terlepas dari hal itu semua, ada stau poin penting yang mesti kita ambil pelajaran, yakni "TIDAK HARUS TERKENAL UNTUK MEMBANGUN KERAJAAN BISNIS...
Terlepas dari hal itu semua, ada stau poin penting yang mesti kita ambil pelajaran, yakni "TIDAK HARUS TERKENAL UNTUK MEMBANGUN KERAJAAN BISNIS...
Anda gak tahu kan siapa orang di balik semua ini? Hehe
Gak perlu dishare, kecuali menginspirasi.
Gak perlu dishare, kecuali menginspirasi.
Sumber : nasehat adik kelas saya @ranggagp
0 Response to "Belajar bisnis dari bisnis kuliner kekinian para artis"
Posting Komentar